MAKALAH ANATOMI FISIOLOGI
“SISTEM IMUN”
Disusun Oleh :
Ratna Agustiyani P1337434114012
Diaksa Putri Arinda P1337434114025
Widya Diah Prastiwi P1337434114039
Semester 1 / Reguler A
PRODI DIII ANALIS KESEHATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
Tahun
2014/2015
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Tubuh
manusia tidak mungkin terhindar dari lingkungan yang mengandung mikroba
pathogen disekelilingnya. Mikroba tersebut dapat menimbulkan penyakit infeksi
pada manusia. Mikroba patogen yang ada bersifat poligenik dan kompleks. Oleh
karena itu respon imun tubuh manusia terhadap berbagai macam mikroba patogen
juga berbeda. Umumnya gambaran biologic spesifik mikroba menentukan mekanisme
imun mana yang berperan untuk proteksi. Begitu juga respon imun terhadap
bakteri khususnya bakteri ekstraseluler atau bakteri intraseluler mempunyai
karakteriskik tertentu pula.
Tubuh
manusia akan selalu terancam oleh paparan bakteri, virus, parasit, radiasi
matahari, dan polusi. Stress emosional atau fisiologis dari kejadian ini adalah
tantangan lain untuk mempertahankan tubuh yang sehat. Biasanya kita dilindungi
oleh system pertahanan tubuh, sistem kekebalan tubuh, terutama makrofag, dan
cukup lengkap kebutuhan gizi untuk menjaga kesehatan. Kelebihan tantangan
negattif, bagaimanapun, dapat menekan system pertahanan tubuh, system kekebalan
tubuh, dan mengakibatkan berbagai penyakit fatal.
Respon
imun yang alamiah terutama melalui fagositosis oleh neutrofil, monosit serta
makrofag jaringan. Lipopolisakarida dalam dinding bakteri Gram negative dapat
mangativasi komplemen jalur alternative tanpa adanya antibody. Kerusakan
jaringan yang terjaddi ini adalah akibat efek samping dari mekanisme pertahanan
tubuh untuk mengeliminasi bakteri. Sitokin juga merangsang demam dan sintesis
protein.
1.2
Rumusan
Masalah
1.2.1
Apakah yang dimaksud dengan sistem
kekebalan tubuh?
1.2.2
Apa sajakah fungi imun ?
1.2.3
Apa saja jenis-jenis kekebalan tubuh
pada manusia?
1.2.4
Apa saja gangguan yang dapat terjadi
pada sistem kekebalan tubuh manusia?
1.2.5
Apa saja yang dapat dilakukan untuk mempertahankan
sistem kekebalan tubuh manusia?
1.3
Tujuan
1.3.1
Mengetahui pengertian sistem kekebalan
tubuh.
1.3.2
Mengetahui fungsi imun tubuh manusia.
1.3.3
Memahami jenis-jenis kekebalan tubuh
pada manusia.
1.3.4
Mengetahui gangguan apa saja yang dapat
mengenai system kekebalan tubuh manusia.
1.3.5
Memahami cara mempertahankan system
kekebalan tubuh manusia.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1.
PENGERTIAN
Sistem
kekebalan tubuh atau sistem imun adalah sistem perlindungan dari pengaruh luar
biologis yang dilakukan oleh sel dan organ khusus pada suatu organisme sehingga
tidak mudah terkena penyakit. Jika sistem imun bekerja dengan benar, sistem ini
akan melindungi tubuh terhadap infeksi bakteri dan virus, serta menghancurkan
sel kanker dan zat asing lain dalam tubuh. Sebaliknya, jika sistem imun melemah,
maka kemampuannya untuk melindungi tubuh juga berkurang, sehingga menyebabkan
patogen, termasuk virus penyebab demam dan flu,dapat berkembang dalam tubuh. Sistem
imun juga memberikan pengawasan terhadap pertumbuhan sel tumor. Terhambatnya
mekanisme kerja sistem imun telah dilaporkan dapat meningkatkan resiko terkena
beberapa jenis kanker.
2.2.
FUNGSI
SISTEM KEKEBALAN TUBUH
a) Melindungi
tubuh dari serangan benda asing atau bibit penyakit yang masuk ke dalam tubuh.
b) Menghilangkan
jaringan sel yang mati atau rusak (debris cell) untuk perbaikan jaringan.
c) Mengenali
dan menghilangkan sel yang abnormal.
d) Menjaga
keseimbangan homeostatis dalam tubuh.
2.3.
PENGGOLONGAN
SISTEM KEKEBALAN TUBUH
a)
Berdasarkan
Cara Mempertahankan Diri dari Penyakit
2.3.1
Sistem Pertahanan Tubuh Non Spesifik
Sistem
Pertahanan Tubuh Non Spesifik merupakan pertahanan tubuh yang tidak membedakan
mikrobia patogen satu dengan yang lainnya. Ciri-cirinya :
§ Tidak
selektif
§ Tidak
mampu mengingat infeksi yang terjadi sebelumnya
§ Eksposur
menyebabkan respon maksimal segera
§ Memiliki
komponen yang mampu menangkal benda untuk masuk ke dalam tubuh
Sistem pertahanan ini diperoleh melalui
beberapa cara, yaitu :
Ø Pertahanan
yang Terdapat di Permukaan Tubuh
a. Pertahanan
Fisik
Pertahanan
secara fisik dilakukan oleh lapisan terluar tubuh, yaitu kulit dan membran
mukosa, yang berfungsi menghalangi jalan masuknya patogen ke dalam tubuh.
Lapisan terluar kulit terdiri atas sel-sel epitel yang tersusun rapat sehingga
sulit ditembus oleh patogen. Lapisan terluar kulit mengandung keratin dan
sedikit air sehingga dapat menghambat pertumbuhan mikrobia. Sedangkan membran
mukosa yang terdapat pada saluran pencernaan, saluran pernapasan, dan saluran
kelamin berfungsi menghalangi masuknya patogen ke dalam tubuh.
b. Pertahanan
Mekanis
Pertahanan
secara mekanis dilakukan oleh rambut hidung dan silia pada trakea. Rambut
hidung berfungsi menyaring udara yang dihirup dari berbagai partikel berbahaya
dan mikrobia. Sedangkan silia berfungsi menyapu partikel berbahaya yang
terperangkap dalam lendir untuk kemudian dikeluarkan dari dalam tubuh.
c. Pertahanan
Kimiawi
Pertahanan
secara kimiawi dilakukan oleh sekret yang dihasilkan oleh kulit dan membran
mukosa. Sekret tersebut mengandung zat-zat kimia yang dapat menghambat
pertumbuhan mikrobia. Contoh dari sekret tersebut adalah minyak dan keringat.
Minyak dan keringat memberikan suasana asam (pH 3-5) sehingga dapat mencegah
pertumbuhan mikroorganisme di kulit. Sedangkan air liur (saliva), air mata, dan
sekresi mukosa (mukus) mengandung enzim lisozim yang dapat membunuh bakteri
dengan cara menghidrolisis dinding sel bakteri hingga pecah sehingga bakteri
mati.
d. Pertahanan
Biologis
Pertahanan
secara biologi dilakukan oleh populasi bakteri tidak berbahaya yang hidup di
kulit dan membran mukosa. Bakteri tersebut melindungi tubuh dengan cara
berkompetisi dengan bakteri patogen dalam memperoleh nutrisi.
Ø Respons
Peradangan (Inflamasi)
Inflamasi
merupakan respons tubuh terhadap kerusakan jaringan, misalnya akibat tergores
atau benturan keras. Proses inflamasi merupakan kumpulan dari empat gejala
sekaligus, yakni dolor (nyeri), rubor (kemerahan), calor (panas), dan tumor (bengkak).
Inflamasi berfungsi mencegah penyebaran infeksi dan mempercepat penyembuhan
luka. Reaksi inflamasi juga berfungsi sebagai sinyal bahaya dan sebagai
perintah agar sel darah putih (neutrofil dan monosit) melakukan fagositosis
terhadap mikrobia yang menginfeksi tubuh. Mekanisme inflamasi dapat dijelaskan
sebagai berikut :
1. Adanya
kerusakan jaringan sebagai akibat dari luka,sehingga mengakibatkan patogen
mampu melewati pertahanan tubuh dan menginfeksi sel-sel tubuh.
2. Jaringan
yang terinfeksi akan merangsang mastosit untuk mengekskresikan histamin dan
prostaglandin.
3. Terjadi
pelebaran pembuluh darah yang meningkatkan kecepatan aliran darah sehingga
permeabilitas pembuluh darah meningkat.
4. Terjadi
perpindahan sel-sel fagosit (neutrofil dan monosit) menuju jaringan yang
terinfeksi.
5. Sel-sel
fagosit memakan patogen.
Ø Fagositosis
Fagositosis
adalah mekanisme pertahanan yang dilakukan oleh sel-sel fagosit dengan cara
mencerna mikrobia/partikel asing. Sel fagosit terdiri dari dua jenis, yaitu
fagosit mononuklear dan fagosit polimorfonuklear. Contoh fagosit mononuklear
adalah monosit (di dalam darah) dan jika bermigrasi ke jaringan akan berperan
sebagai makrofag. Contoh fagosit polimorfonuklear adalah granulosit, yaitu
neutrofil, eosinofil, basofil, dan cell
mast (mastosit). Sel-sel fagosit akan bekerja sama setelah memperoleh
sinyal kimiawi dari jaringan yang terinfeksi patogen. Berikut ini adalah proses
fagositosis :
1. Pengenalan
(recognition), mikrobia atau partikel
asing terdeteksi oleh sel-sel fagosit.
2. Pergerakan
(chemotaxis), pergerakan sel fagosit
menuju patogen yang telah terdeteksi. Pergerakan sel fagosit dipacu oleh zat
yang dihasilkan oleh patogen.
3. Perlekatan
(adhesion), partikel melekat dengan
reseptor pada membran sel fagosit.
4. Penelanan
(ingestion), membran sel fagosit
menyelubungi seluruh permukaan patogen dan menelannya ke dalam sitoplasma yang
terletak dalam fagosom.
5. Pencernaan
(digestion), lisosom yang berisi
enzim-enzim bergabung dengan fagosom membentuk fagolisosom dan mencerna seluruh
permukaan patogen hingga hancur. Setelah infeksi hilang, sel fagosit akan mati
bersama dengan sel tubuh dan patogen. Hal ini ditandai dengan terbentuknya
nanah.
6. Pengeluaran
(releasing), produk sisa patogen yang
tidak dicerna akan dikeluarkan oleh sel fagosit.
Ø Protein
Antimikrobia
Protein yang berperan
dalam sistem pertahanan tubuh non spesifik adalah protein komplemen dan
interferon. Protein komplemen membunuh patogen dengan cara membentuk lubang pada
dinding sel dan membran plasma bakteri tersebut. Hal ini menyebabkan ion Ca2+
keluar dari sel, sementara cairan dan garam-garam dari luar bakteri akan masuk
ke dalamnya dan menyebabkan hancurnya sel bakteri tersebut.
Interferon
dihasilkan oleh sel yang terinfeksi virus. Interferon dihasilkan saat virus memasuki
tubuh melalui kulit dan selaput lendir. Selanjutnya, interferon akan berikatan
dengan sel yang tidak terinfeksi. Sel yang berikatan ini kemudian membentuk zat
yang mampu mencegah replikasi virus sehingga serangan virus dapat dicegah.
2.3.2
Sistem Pertahanan Tubuh Spesifik
Sistem
Pertahanan Tubuh Spesifik merupakan pertahanan tubuh terhadap patogen tertentu
yang masuk ke dalam tubuh. Sistem ini bekerja apabila patogen telah berhasil
melewati sistem pertahanan tubuh non spesifik. Ciri-cirinya :
§ Bersifat
selektif
§ Tidak
memiliki reaksi yang sama terhadap semua jenis benda asing
§ Mampu
mengingat infeksi yang terjadi sebelumnya
§ Melibatkan
pembentukan sel-sel tertentu dan zat kimia (antibodi)
§ Perlambatan
waktu antara eksposur dan respons maksimal
Sistem
pertahanan tubuh spesifik terdiri atas beberapa komponen, yaitu:
Ø Limfosit
a) Limfosit
B (Sel B)
Proses
pembentukan dan pematangan sel B terjadi di sumsum tulang. Sel B berperan dalam
pembentukan kekebalan humoral dengan membentuk antibodi. Sel B dapat dibedakan menjadi
:
1. Sel
B plasma, berfungsi membentuk antibodi.
2. Sel
B pengingant, berfungsi mengingat antigen yang pernah masuk ke dalam tubuh
serta menstimulasi pembentukan sel B plasma jika terjadi infeksi kedua.
3. Sel
B pembelah, berfungsi membentuk sel B plasma dan sel B pengingat.
b) Limfosit
T (Sel T)
Proses
pembentukan sel T terjadi di sumsum tulang, sedangkan proses pematangannya
terjadi di kelenjar timus. Sel T berperan dalam pembentukan kekebalan seluler,
yaitu dengan cara menyerang sel penghasil antigen secara langsung. Sel T juga
membantu produksi antibodi oleh sel B plasma.
Sel T dapat dibedakan menjadi :
1. Sel
T pembunuh, berfungsi menyerang patogen yang masuk dalam tubuh, sel tubuh yang
terinfeksi, dan sel kanker secara langsung.
2. Sel
T pembantu, berfungsi menstimulasi pembentukan sel B plasma dan sel T lainya
serta mengaktivasi makrofag untuk melakukan fagositosis.
3. Sel
T supresor, berfungsi menurunkan dan menghentikan respons imun dengan cara
menurunkan produksi antibodi dan mengurangi aktivitas sel T pembunuh. Sel T
supresor akan bekerja setelah infeksi berhasil ditangani.
Ø Antibodi
(Immunoglobulin/Ig)
Antibodiakan
dibentuk saat ada antigen yang masuk ke dalam tubuh. Antigen adalah senyawa
protein yang ada pada patogen sel asing atau sel kanker. Antibodi disebut juga
immunoglobulin atau serum protein globulin, karena berfungsi untuk melindungi
tubuh melalui proses kekebalan (immune). Antibodi merupakan senyawa protein
yang berfungsi melawan antigen dengan cara mengikatnya, untuk selanjutnya
ditangkap dan dihancurkan oleh makrofag. Suatu antibodi bekerja secara spesifik
untuk antigen tertentu. Karena jenis antigen pada setiap kuman penyakit
bersifat spesifik, maka diperlukan antibodi yang berbeda untuk jenis kuman yang
berbeda. Oleh karena itu, diperlukan berbagai jenis antibodi untuk melindungi
tubuh dari berbagai kuman penyakit.
Antibodi tersusun
dari dua rantai polipeptida yang identik, yaitu dua rantai ringan dan dua
rantai berat. Keempat rantai tersebut dihubungkan satu sama lain oleh ikatan
disulfida dan bentuk molekulnya seperti huruf Y. Setiap lengan dari molekul
tersebut memiliki tempat pengikatan antigen. Beberapa cara kerja antibodi dalam
menginaktivasi antigen yaitu :
§ Netralisasi
(menghalangi tempat pengikatan virus, membungkus bakteri dan atau opsonisasi)
§ Aglutinasi
partikel yang mengandung antigen, seperti mikrobia
§ Presipitasi
(pengendapan) antigen yang dapat larut
§ Fiksasi
komplemen (aktivasi komplemen)
Antibodi
dibedakan menjadi lima tipe seperti pada tabel di bawah ini.
Tabel
Tipe-Tipe
Antibodi Beserta Karakteristiknya
No.
|
Tipe
Antibodi
|
Karakteristik
|
1.
|
IgM
|
Pertama kali dilepaskan ke aliran
darah pada saat terjadi infeksi yang pertama kali (respons kekebalan primer)
|
2.
|
IgG
|
Paling banyak terdapat dalam darah dan
diproduksi saat terjadi infeksi kedua (respons kekebalan sekunder). Mengalir
melalui plasenta dan memberi kekebalan pasif dari ibu kepada janin.
|
3.
|
IgA
|
Ditemukan dalam air mata, air ludah,
keringat, dan membran mukosa. Berfungsi mencegah infeksi pada permukaan
epitelium. Terdapat dalam kolostrum yang berfungsi untuk mencegah kematian
bayi akibat infeksi saluran pencernaan
|
4.
|
IgD
|
Ditemukan pada permukaan limfosit B
sebagai reseptor dan berfungsi merangsang pembentukan antibodi oleh sel B
plasma.
|
5.
|
IgE
|
Ditemukan terikat pada basofil dalam
sirkulasi darah dan cell mast
(mastosit) di dalam jaringan yang berfungsi memengaruhi sel untuk melepaskan
histamin dan terlibat dalam reaksi alergi.
|
Dari
penjelasan tersebut, dapat kita simpulkan bahwa sistem kekebalan tubuh
berdasarkan cara mempertahankan diri dari penyakit terdiri atas beberapa lapis
seperti terlihat pada tabel di bawah ini.
Tabel Beberapa
Lapis Pertahanan Tubuh terhadap Penyakit
Pertahanan Tubuh Non Spesifik
|
Pertahanan Tubuh Spesifik
|
|
Pertahanan Pertama
|
Pertahanan Kedua
|
Pertahanan Ketiga
|
§ Kulit
§ Membran
mukosa
§ Rambut
hidung dan silia pada trakea
§ Cairan
sekresi dari kulit dan membran mukosa
|
§ Inflamasi
§ Sel-sel
fagosit
§ Protein
antimikrobia
|
§ Limfosit
§ Antibodi
|
b)
Berdasarkan
Mekanisme Kerja
1) Kekebalan
Humoral
Kekebalan
humoral melibatkan aktivitas sel B dan antibodi yang beredar dalam cairan darah
dan limfe. Ketika antigen masuk ke dalam tubuh untuk pertama kali, sel B
pembelah akan membentuk sel B pengingat dan sel B plasma. Sel B plasma akan
menghasilkan antibodi yang mengikat antigen sehingga makrofag akan mudah
menangkap dan menghancurkan patogen. Setelah infeksi berakhir, sel B pengingat
akan tetap hidup dalam waktu lama. Serangkaian respons ini disebut respons
kekebalan primer.
Apabila
antigen yang sama masuk kembali dalam tubuh, sel B pengingat akan mengenalinya
dan menstimulasi pembentukan sel Bplasma
yang akan memproduksi antibodi. Respons tersebut dinamakan respons kekebalan
sekunder.
Respons
kekebalan sekunder terjadi lebih cepat dan konsentrasi antibodi yang dihasilkan
lebih besar daripada respons kekebalan primer. Hal ini disebabkan adanya memori
imunologi, yaitu kemampuan sistem imun untuk mengenali antigen yang pernah
masuk ke dalam tubuh.
2) Kekebalan
Seluler
Kekebalan
seluler
melibatkan sel T yang bertugas menyerang sel asing atau jaringan tubuh yang
terifeksi secara langsung. Ketika sel T pembunuh terkena antigen pada permukaan
sel asing, sel T pembunuh akan menyerang dan menghancurkan
sel tersebut dengan cara merusak membran sel asing. Apabila infeksi berhasil
ditangani, sel T supresor akan mengehentikan respons kekebalan dengan cara
menghambat aktivitas sel T pembunuh dan membatasi produksi antibodi.
c)
Berdasarkan
Cara Memperolehnya
1) Kekebalan
Aktif
Kekebalan
aktif merupakan kekebalan yang dihasilkan oleh tubuh itu sendiri. Kekebalan
aktif dapat diperoleh secara alami maupun buatan.
a. Kekebalan
Aktif Alami
Kekebalan aktif
alami diperoleh seseorang setelah mengalami sakit akibat infeksi suatu kuman
penyakit. Setelah sembuh, orang tersebut akan menjadi kebal terhadap penyakit
itu. Misalnya, seseorang yang pernah sakit campak tidak akan terkena penyakit
tersebut untuk kedua kalinya.
b. Kekebalan
Aktif Buatan
Kekebalan aktif
buatan diperoleh melalui vaksinasi atau imunisasi. Vaksinasi adalah proses
pemberian vaksin ke dalam tubuh. Vaksin merupakan siapan antigen yang dierikan
secara oral (melalui mulut) atau melalui suntikan untuk merangsang mekanisme
pertahanan tubuh terhadap patogen. Vaksin dapat berupa suspensi mikroorganisme
yang telah dilemahkan atau dimatikan. Vaksin juga dapat berupa toksoid atau
ekstrak antigen dari suatu patogen yang telah dilemahkan. Vaksin yang
dimasukkan ke dalam tubuh akan menstimulasi pembentukan antibodi untuk melawan
antigen sehingga tubuh menjadi kebal terhadap penyakit yang menyerangnya.
Kekebalan karena vaksinasi biasanya
memiliki jangka waktu tertentu, sehingga permberian vaksin harus diulang lagi
setelah beberapa lama. Hal ini dilakukan karena jumlah antibodi dalam tubuh
semakin berkurang sehingga imunitas tubuh juga menurun. Beberapa jenis penyakit
yang dapat dicegah dengan vaksinasi antara lain cacar, tuberkulosis, dipteri,
hepatitis B, pertusis, tetanus, polio, tifus, campak, dan demam kuning. Vaksin
untuk penyakit tersebut biasanya diproduksi dalam skala besar sehingga harganya
dapat terjangkau oleh masyarakat.
Secara garis besar, vaksin dikelompokkan
menjadi 4 jenis yaitu:
1. Vaksin Bacille Calmette-Guerin (BCG), polio jenis sabin, dan campak. Vaksin
ini terbuat dari mikroorganisme yang telah dilemahkan.
2. Vaksin pertusis dan polio jenis salk. Vaksin ini berasal dari
mikroorganisme yang telah dimatikan.
3. Vaksin tetanus toksoid dan difteri. Vaksin ini berasal dari toksin (racun)
mikrooganisme yang telah dilemahkan/diencerkan konsentrasinya.
4. Vaksin hepatitis B. Vaksin ini terbuat dari protein mikroorganisme.
2) Kekebalan
Pasif
Kekebalan
pasif merupakan kebalikan dari kekebalan aktif. Kekebalan pasif diperoleh
setelah menerima antibodi dari luar tubuh, baik secara alami maupun buatan.
a. Kekebalan
Pasif Alami
Kekebalan pasif
alami dapat ditemukan pada bayi setelah menerima antibodi dari ibunya melalui
plasenta saat masih berada di dalam kandungan. Kekebalan ini juga dapat
diperoleh dengan pemberian ASI pertama (kolostrum) yang mengandung banyak
antibodi.
b. Kekebalan
Pasif Buatan
Kekebalan pasif
buatan diperoleh dengan cara menyuntikkan antibodi yang diekstrak dari suatu
individu ke tubuh orang lain sebagai serum. Kekebalan ini berlangsung singkat,
tetapi mampu menyembuhkan dengan cepat. Contohnya adalah pemberian serum
antibisa ular kepada orang yang dipatuk ular berbisa.
2.4
GANGGUAN PADA SISTEM KEKEBALAN TUBUH
a)
Alergi
Alergi
atau hipersensivitas adalah respons imun yang berlebihan terhadap senyawa yang
masuk ke dalam tubuh. Senyawa tersebut dinamakan alergen. Alergen dapat berupa
debu, serbuk sari, gigitan serangga, rambut kucing, dan jenis makanan tertentu,
misalnya udang.
Proses
terjadinya alergi diawali dengan masuknya alergen ke dalam tubuh yang kemudian
merangsang sel B plasma untuk menyekresikan antibod IgE. Alergen yang pertama
kali masuk ke dalam tubuh tidak akan menimbulkan alergi, namun IgE yang
terbentuk akan berikatan dengan mastosit. Akibatnya, ketika alergen masuk ke
dalam tubuh untuk kedua kalinya, alergen akan terikat pada IgE yang telah
berikatan dengan mastosit. Mastosit kemudian melepaskan histamin yang berperan
dalam proses inflamasi. Respons inflamasi ini mengakibatkan timbulnya gejala
alergi seperti bersin, kulit terasa gatal, mata berair, hidung berlendir, dan
kesulitan bernapas. Gejala alergi dapat dihentikan dengan pemberian antihistamin.
b)
Autoimunitas
Autoimunitas
merupakan gangguan pada sistem kekebalan tubuh saat antibodi yang diproduksi
justru menyerang sel-sel tubuh sendiri karena tidak mampu membedakan sel tubuh
sendiri dengan sel asing. Autoimunitas dapat disebabkan oleh gagalnya proses
pematangan sel T di kelenjar timus. Autoimunitas menyebabkan beberapa kelainan,
yaitu :
1.
Diabetes
mellitus
Diabetes
mellitus disebabkan oleh antibodi yang menyerang sel-sel beta di pankreas yang
berfungsi menghasilkan hormon insulin. Hal ini mengakibatkan tubuh kekurangan
hormon insulin sehingga kadar gula darah meningkat.
2.
Myasthenia
gravis
Myasthenia
gravis disebabkan oleh antibodi yang menyerang otot lurik sehingga otot lurik
mengalami kerusakan.
3.
Addison’s
disease
Addison’s
disease disebabkan oleh antibodi yang menyerang kelenjar adrenal. Hal ini
mengakibatkan berat badan menurun, kadargula darah menurun, mudah lelah, dan
pigmentasi kulit meningkat.
4.
Lupus
Lupus
disebabkan oleh antibodi yang menyerang tubuh sendiri. Pada penderita lupus, antibodi
menyerang tubuh dengan dua cara, yaitu :
§ Antibodi
menyerang jaringan tubuh secara langsung. Misalnya, antibodi yang menyerang sel
darah merah sehingga menyebabkan anemia.
§ Antibodi
bergabung dengan antigen sehingga membentuk ikatan yang dianamakan kompleks
imun. Dalam kondisi normal, sel asing yang antigennya telah diikat oleh antibodi
selanjutnya akan ditangkap dan dihancurkan oleh sel-sel fagosit. Namun, pada
penderita lupus, sel-sel asing ini tidak dapat dihancurkan oleh sel-sel fagosit
dengan baik. Jumlah sel fagosit justru akan semakin bertambah sambil
mengeluarkan senyawa yang menimbulkan inflamasi. Proses inflamasi ini akan
menimbulkan berbagai gejala penyakit lupus. Jika terjadi dalam jangka panjang,
fungsi organ tubuh akan terganggu.
5. Radang
sendi (artritis reumatoid)
Radang
sendi merupakan penyakit autoimunitas yang menyebabkan peradangan dalam waktu
lama pada sendi. Penyakit ini biasanya mengenai banyak sendi dan ditandai dengan
radang pada membransinovial dan struktur sendi, atrofi otot, serta penipisan
tulang.
c)
AIDS
AIDS
(Acquired Immuno Deficiency Syndrome)
merupakan kumpulan berbagai penyakit yang disebabkan oleh melemahnya sistem
kekebalan tubuh. Penyakit ini disebabkan oleh infeksi HIV (Human Immunodeficiency Virus) yang menyerang sel T pembantu yang
berfungsi menstimulasi pembentukan sel B plasma dan jenis sel T lainnya. Hal
ini mengakibatkan berkurangnya kemampuan tubuh dalam melawan berbagai kuman
penyakit.
Sel
T pembantu menjadi target utama HIV karena pada permukaan sel tersebut terdapat
molekul CD4 sebagai reseptor. Infeksi dimulai ketika molekul glikoprotein pada
permukaan HIV menempel ke reseptor CD4 pada permukaan sel T pembantu.
Selanjutnya, HIV masuk ke dalam sel T pembantu secara endositosis dan mulai
memperbanyak diri. Kemudian, virus-virus baru keluar dari sel T yang terinfeksi
secara eksositosis atau melisiskan sel.
Jumlah
sel T pada orang normal sekitar 1.000 sel/mm3 darah, sedangkan pada
penderita AIDS, jumlah sel T-nya hanya sekitar 200 sel/mm3. Kondisi
ini menyebabkan penderita AIDS mudah terserang berbagai penyakit seperti TBC,
meningitis, kanker darah, dan melemahnya ingatan.
Penderita
HIV positif umumnya masih dapat hidup dengan normal dan
tampak sehat,tetapi
dapat menularkan virus HIV.Penderita AIDS adalah penderitaHIV positif yang
telah menunjukkan gejala penyakit AIDS. Waktu yang dibutuhkan seorang penderita
HIV positif untuk menjadi penderita AIDS relatif lama,yaitu antara 5-10
tahun.Bahkan ada penderita HIV positif yang seumur hidupnya tidak menjadi
penderita AIDS.Hal tersebut dikarenakan virus HIV didalam tubuh membutuhkan
waktu untuk menghancurkan sistem kekebalan tubuh penderita. Ketika sistem
kekebalan tubuh sudah hancur, penderita HIV positif akan menunjukkan gejala
penyakit AIDS. Penderita yang telah mengalami gejala AIDS atau penderita AIDS
umumnya hanya mampu bertahan hidup selama dua tahun.
Gejala-gejala
penyakit AIDS yaitu :
§ Gangguan
pada sistem saraf
§ Penurunan
libido
§ Sakit
kepala
§ Demam
§ Berkeringat
pada malam hari selama berbulan-bulan
§ Diare
§ Terdapat
bintik-bintik berwarna hitam atau keunguan pada sekujur tubuh
§ Terdapat
banyak bekas luka yang belum sembuh total
§ Terjadi
penurunan berat badan secara drastis
Cara penularan virus
HIV/AIDS :
§ Hubungan
seks dengan penderita HIV/AIDS
§ Pemakaian
jarum suntik bersama-sama dengan penderita
§ Transfusi
darah yang terinfeksi HIV/AIDS
§ Bayi
yang minum ASI penderita HIV/AIDS atau dilahirkan dari seorang ibu penderita
HIV/AIDS
Cara mencegah penularan
HIV/AIDS :
§ Menghindari
hubungan seks di luar nikah
§ Memakai
jarum suntik yang steril
§ Menghindari
kontak langsung dengan penderita HIV/AIDS yang terluka
§ Menerima
transfusi darah yang tidak terinfeksi HIV/AIDS
2.5
CARA
MEMPERTAHANKAN SISTEM KEKEBALAN TUBUH
1. Nutrisi
yang sempurna
Setiap makanan
yang kita makan harus mencakup berbagai nutrisi untuk tubuh kita karena nutrisi
dan sistem imun saling berkaitan. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk
memakan makanan yang mengandung :
§ Protein
Protein diperlukan untuk
menghasilkan immunoglobulin dan berbagai antibodi. Protein dapat diperoleh dari
daging, ikan, telur, dan kacang-kacangan.
§ Vitamin
dan mineral
Vitamin dan mineral dapat diperoleh
dari berbagai jenis sayuran dan buah.
§ Teh
hijau
Teh hijau mengandung antioksidan
flavonoid yang dapat membantu meningkatkan sistem imun. Para ahli sains
menemukan bahwa kandungan theanine pada daun teh dapat membantu sel imun badan
dalam melawan bakteri dan virus.
§ Aloevera
Aloevera mengandung zat aktif
seperti asam amino dan vitamin yang dapat membantu badan dalam mengeluarkan
toksin, memulihkan jaringan yang terluka, dan meningkatkan sistem imun badan
dengan cepat.
2. Olahraga
yang sesuai
Olahraga minimal
15 menit setiap hari secara berkelanjutan dapat meningkatkan ketahanan tubuh.
Olahraga seperti jogging, berenang, berjalan, dan yoga dapat meningkatkan
peredaran darah, menguatkan jantung, dan meningkatkan sistem imun dalam tubuh.
3. Senantiasa
gembira dan bijak menangani tekanan
Tekanan
psikologi yang berkepanjangan dapat mengganggu mekanisme sistem imun dalam
tubuh. Apabila otak merasa tertekan, otak akan menghasilkan hormon kortisol
yang jika berlebihan akan berdampak negatif bagi sistem kekebalan tubuh kita.
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Sistem
kekebalan tubuh (imunitas) adalah sistem mekanisme pada organisme yang
melindungi tubuh terhadap pengaruh biologis luar dengan mengidentifikasi dan
membunuh patogen.
Sistem kekebalan tubuh dapat
diklasifikasikan berdasarkan :
a) Cara
mempertahankan diri dari penyakit
1) Sistem
pertahanan tubuh non spesifik
Tidak membedakan
mikrobia patogen yang satu dengan yang lainnya.
2) Sistem
pertahanan tubuh spesifik
Pertahanan tubuh
terhadap patogen tertentu yang masuk dalam tubuh
b) Cara
memperoleh
1) Kekebalan
aktif
Kekebalan yang
dihasilkan oleh tubuh itu sendiri.
2) Kekebalan
pasif
Kekebalan yang
diperoleh setelah menerima antibodi dari luar tubuh.
c) Mekanisme
kerja
1) Kekebalan
humoral
Melibatkan aktivitas
sel B dan antibodi yang beredar dalam aliran darah.
2) Kekebalan
seluler
Melibatkan sel T yang
berfungsi menyerang sel-sel asing atau jaringan tubuh yang terinfeksi secara
langsung.
Syistem
kekebalan tubuh kita dapat mengalami gangguan, antara lain :
a) Alergi
Respons imun yang berlebihan
terhadap suatu senyawa yang masuk ke dalam tubuh.
b) Autoimunitas
Antibodi yang diproduksi menyerang
sel-sel tubuh sendiri karena tidak mampu membedakan antara sel tubuh sendiri
dengan sel asing yang masuk ke dalam tubuh.
c) AIDS
Kumpulan berbagai penyakit yang
disebabkan oleh melemahnya sistem kekebalan tubuh karena infeksi virus HIV.
Untuk mempertahankan sistem kekebalan
tubuh, kita harus menjaga kesehatan tubuh kita dengan cara :
a) Memakan
makanan yang bernutrisi
b) Berolahraga
yang teratur
c) Senantiasa
gembira dan bijak dalam menghadapi tekanan
3.2
Saran
Supaya makalah
ini dapat memberikan manfaat yang besar bagi pembaca, maka penulis menyarankan
:
§ Jagalah
pola hidup yang sehat agar tidak mudah terserang penyakit
§ Perhatikanlah
setiap makanan yang akan dikonsumsi
§ Jagalah
kebersihan lingkungan sekitar
DAFTAR
PUSTAKA
0 komentar:
Posting Komentar